Mengeja Y

Pada bulan November ini PSBK akan menggelar platform pameran Ruang Seni Rupa edisi ke empat di tahun 2019 dengan menampilkan karya dari peserta Seniman Pascaterampil 2019 yang kemarin sudah berhasil mewujudkan gagasannya melalui pertunjukan kolaboratif. Kali ini mereka ditantang untuk mewujudkan gagasannya melalui sebuah pameran seni rupa. Pameran yang diberi tajuk “Mengeja Y” akan dibuka pada Jumat, 8 November 2019 dan berlangsung sampai tanggal 23 Novemberi 2019.

Padepokan Seni Bagong Kussudiardja (PSBK) bersama Bakti Budaya Djarum Foundation meneruskan investasi panjang dalam dukungan fasilitasi ruang presentasi karya seniman muda melalui program Ruang Seni Rupa. Pada Ruang Seni Rupa edisi ke empat ini, PSBK akan menghadirkan karya dari Seniman Pascaterampil 2019. Fasilitasi akses studio penciptaan, kuratorial dan produksi pameran berlangsung di kompleks art center PSBK  selama satu bulan sejak akhir Oktober 2019.

Seniman yang terlibat dalam Ruang Seni Rupa ini merupakan semua peserta Program Seniman Pascaterampil yang pada bulan September kemarin telah mewujudkan gagasannya dalam pertunjukan kolaborasi pada platform Jagongan Wagen. Mereka adalah Asmiati Sihite, Azwar Ahmad, Briyan Farid Abdillah Arif, Muhrizul Gholy, Theodora Melsasail, Candrani Yulis Rohmatullah, Chrisna Bayu Septrianto, Kurniaji Satoto, Miftahuddin, Riyanti Wisnu Setyiorini Putri.

Ke sepuluh seniman tersebut berasal dari disiplin seni yang berbeda-beda, ada yang dari seni rupa, film, tari, dan juga teater. Bagi seniman yang tidak berangkat dari disiplin seni rupa, pameran ini tentu saja menjadi tantangan yang harus mereka hadapi, yaitu mewujudkan gagasan mereka dalam medium yang baru. Begitu pula bagi seniman yang berangkat dari disiplin seni rupa, pameran ini merupakan kesempatan untuk bereksplorasi dan berbagi gagasan dengan seniman lintas disiplin.

Mengeja Y adalah hasil interpretasi para peserta program Seniman Pascaterampil PSBK 2019 atas fabel yang berjudul Kisah Si Kancil Mencuri Timun. Dari cerita tersebut, mereka menemukan konteks   tentang ragam kecerdasan yang dimunculkan oleh generasi Y, atau akrab dengan istilah generasi milenial. Kesepuluh seniman yang juga lahir sebagai generasi Y, menitikberatkan pada penggalian identitas berpikir dan bersikap mereka atas percepatan teknologi, industri, serta dampak globalisasi yang terjadi pada lingkungan. Kecerdasan yang muncul kemudian mewakili sikap mereka sebagai pengambil bagian atas konsekuensi percepatan zaman.

Kecerdasan adalah sesuatu yang tidak tunggal. Ragamnya tidak hanya terbatas dalam wilayah hitung-hitungan matematis ataupun penguasaan bahasa belaka, melainkan juga tentang sikap individu sebagai subjek dalam lapisan masyarakat. Di era teknologi dan industri yang makin pesat, menentukan strategi pertahanan dalam persaingan penentuan posisi diri dalam bermasyarakat merupakan kecerdasan bertindak yang harus cepat diasah oleh tiap-tiap individu. Ketika zaman sudah semakin cepat, kita sebagai manusia juga harus ‘cepat’. Jika tidak, maka kita akan menjadi yang tertinggal di belakang. Persis, seperti pepatah Jawa ‘ra edan ra keduman’ (tidak ikut gila (nya zaman) maka kamu tidak akan dapat bagian). Di sisi lain, percepatan di era ini juga berdampak pada fenomena lingkungan alam dan sosial yang terjadi.  Keterpautan jarak yang cukup jauh atas pemahaman warisan nilai leluhur dengan sistem pengetahuan yang parsial, menyebabkan kepincangan berpikir dalam mempertimbangkan cara individu (khususnya posisi seniman) dalam mengiringi dan menyikapi percepatan produksi industri maupun teknologi.

SHARE

subscribe icon
Stay connected with PSBK.