Yogyakarta, 13 November 2019

Padepokan Seni Bagong Kussudiardja (PSBK) dan segenap keluarga besar Bagong Kussudiardja kehilangan sosok pemimpin atas wafatnya RM. Gregorius Djaduk Ferianto atau yang dikenal sebagai mas Djaduk Ferianto, yang telah berpulang pada 13 November 2019 pukul 2.30 WIB di kediamannya di Kasihan, Bantul. Menurut ibu Bernadette Ratna Ika Sari (dipanggil ibu Petra), istri dari mas Djaduk, mendiang bangun tidur karena mengalami kesemutan dan sesak di dada, lalu sekitar sepuluh menit kemudian berpulang dengan damai di samping sang istri. Beliau wafat dengan mudah seperti keinginannya. Djaduk Ferianto meninggalkan istri dan lima anak; Gusti Arirang, Ratu Hening, Gallus Presiden Dewagana, Kandida Rani Nyaribunyi, dan Rajane Tetabuhan. Mendiang akan dikebumikan di makam keluarga, di Sembungan, Kasihan, Bantul, DIY.

Putera bungsu Bagong Kussudiarja ini dikenal sebagai seorang komposer, koreografer, sutradara, produser dan fotografer. Ia menjadi pendiri sekaligus pemimpin kelompok musik Kua Etnika dan Sinten Remen. Tumbuh dalam atmosfer kesenian dan budaya Yogyakarta, ia banyak melakukan pengembaraan kreatif di berbagai kelompok kesenian. Memantapkan diri menjadi ‘pemusik yang gelisah’, kegelisahannya pula turut menginisiasi festival Ngayogjazz dan Pasar Keroncong Kotagede.

Pengetahuan dan wawasan artistiknya yang luar biasa telah berperan penting dalam menghubungkan konteks sejarah karya Bagong Kussudiardja, dan membimbing seniman muda dalam proses kreatif mereka di PSBK dan Indonesia. Keberlanjutan usaha melestarikan kebudayaan Indonesia menjadi tugas bersama, seperti yang ditanamkan oleh mas Djaduk tentang keragaman nusantara semestinya menjadikan karakter diri kita sebagai manusia yang kreatif dan toleran.

Sugeng tindhak, mas Djaduk.

subscribe icon
Stay connected with PSBK.