Asita Kaladewa, seorang seniman pantomim yang telah lama berkiprah di Yogyakarta akan menampilkan karya terbarunya berjudul Nafas Nafsu dengan bekerja sama dengan Naoki Nagai sebagai dramaturg dan pengisi musik. Dalam karya ini Asita ingin bercerita tentang kegelisahannya sebagai manusia ketika harus berkompromi antara keinginan untuk menjaga alam dan tuntutan kehidupan sehari–hari yang membuatnya semakin menjauh dengan alam atas nama efisiensi.
Jagongan Wagen edisi kedua di tahun 2020 akan menjadi Jagongan Wagen yang spesial karena ditampilkan dalam medium yang tidak seperti biasanya. PSBK memahami betul atas apa yang terjadi terkait persebaran Covid-19 secara global dan terkhusus di Indonesia. Sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo untuk melakukan pembatasan jarak sosial maka strategi khusus perlu dilakukan untuk penyelenggaraan event publik di PSBK termasuk salah satunya Jagongan Wagen. Penyelenggaraan Jagongan Wagen tetap dipertahankan karena PSBK merasa punya tanggung jawab untuk terus memberikan akses seni pada masyarakat dan menjaga komitmen kepada seniman untuk memberikan fasilitasi produksi karya tanpa mengurangi kewaspadaan. Berikut pernyataan dari Direktur Eksekutif Jeannie Park yang dikutip melalui surat edaran terkait hal tersebut “Di Padepokan Seni Bagong Kussudiardja (PSBK), kami berkomitmen untuk melindungi kesehatan dan keselamatan masyarakat luas dengan mematuhi perilaku pembatasan jarak sosial (social distancing) dan akan menawarkan akses on-line alternatif bagi program acara seni untuk publik. Kami juga berkomitmen untuk tetap mendukung proses kreatif seniman yang membutuhkan akses fasilitas di PSBK dengan menerapkan prosedur kesehatan dan keselamatan, serta mengikuti perkembangan terkini yang disarankan oleh sumber informasi resmi.” Dengan demikian penyelenggaraan Jagongan Wagen bulan ini akan dilakukan dengan cara memindahkan pertunjukan yang biasanya diselenggarakan secara langsung di PSBK ke medium online streaming video.
Asita Kaladewa merupakan seniman pantomim kelahiran Kudus. Ia merupakan salah satu pendiri Bengkel Mime Theatre. Pada Tahun 2007, ia lulus dari Institut Seni Indonesia pada jurusan Seni Pertunjukan dengan minat utama artistik. Selain menekuni dunia pantomim, ia juga aktif berkarya dengan medium seni rupa yang ia pelajari secara otodidak. Sedangkan Naoki Nagai merupakan seniman pantomim kelahiran Niigata, Jepang. Ia pernah belajar pantomim di Tokyo Mime Institut. Selain sebagai seniman pantomim ia juga pernah menjadi dosen di Showa Music Academy, Kanagawa, Jepang. Ia tinggal di Indonesia sejak 2007 dan mulai aktif berkarya lagi sejak tahun 2012 dengan menggelar pertunjukan di Indonesia, Taiwan, dan Jepang.
Nafas Nafsu merupakan karya yang berangkat dari kegelisahan Asita Kaladewa tentang dilema terkait hubungan dirinya dengan lingkungan alam. Di satu sisi ia selalu membayangkan bahwa hidup yang ideal akan tercapai ketika ia bisa memiliki kehidupan yang menyatu dengan lingkungan alam, tapi di sisi yang lain ia juga harus menghadapi kenyataan bahwa ia sering menjaga jarak bahkan menjauh dari lingkungan alam karena harus bertahan dari tuntutan kehidupan sehari–hari yang semakin praktis. Untuk membicarakan persoalan ini Asita membuka kembali memori empat karya pantomim yang pernah ia ciptakan dengan tema relasi manusia dengan lingkungan alam. Empat karya yang ia pilih berjudul “Sesak”, “Tanjung harapan”, “Berburu Serangga” dan “Fish”. Asita menggerakkan dan menafsir ulang karya–karya lama tersebut sebagai upaya refleksi sekaligus titik tolak pencarian jalan keluar dilemanya. Namun saat melakukannya, nafasnya tersengal – sengal tak terkendali; tubuh dan nafas tidak selaras. Ia menyadari ada yang sedang tidak selaras antara harapan dalam dirinya dengan kondisi fisik tubuhnya. Tabrakan unsur budaya dan unsur alam yang ada pada tubuh Asita, termanifestasi melalui gerak nafasnya. Persoalan nafas ini digarisbawahi dan menjadi pintu masuk untuk membicarakan dilemanya. Terutama mengenai pengendalian nafas: nafas dan nafsu saling berhimpitan dalam diri manusia. Lewat karya ini Asita hendak menawarkan laku kesadaran pengendalian nafas dan nafsu untuk mendamaikan dilema relasi manusia dan lingkungan alam dengan memperdalam aspek gerak nafas untuk meredakan dilema tersebut.
Dalam karya ini Asita banyak bereksplorasi dengan rasa. Rasa yang dimaksud adalah rasa sebagai bahasa yang universal yang biasa dikonvensikan dalam bahasa tubuh. Dalam menyampaikan kegelisahannya ia akan mengeksplorasi rasa yang ia tangkap untuk kemudian ia ekspresikan melalui gerakan-gerakan tubuh dalam pantomim. Perubahan bentuk medium dalam Jagongan Wagen kali ini awalnya membuat Asita sedikit ragu bahwa gagasannya menggunakan bahasa rasa ini dapat sampai ke penonton. Hal ini disebabkan dari awal ia sudah membayangkan bahwa pertunjukannya akan dilihat secara langsung, dan transfer rasa itu dapat dirasakan penonton dengan tepat karena jarak yang intim. Berikut kutipan wawancara Bersama Asita terkait hal tersebut “Lalu kemudian dalam perjalanan tentu saja rasa ego seniman itu gede, makanya ketika saya membaca situasi bahwa pertunjukan kemungkinan akan diundur, saya harus mulai berkompromi seperti kalau balon itu gak langsung digetah namun ditusuk satu-satu jadi enak. Ok, mas sekarang tidak live, padahal keinginan saya itu itu live biar itu terasa akan apa yang saya rasakan dari biasan-biasan di sekitar. Itu tentu saja sakit, tapi saya kembali lagi bertanya bahwa dalam membangun karya ini saya mulai berlatih memanajemen rasa kenapa di kehidupan nyata saya tidak bisa, itu yang kemudian saya ambil. Ya sudah tidak apa-apa. Kreativitas masih bisa terus berjalan, dan itu bisa menjadi sesuatu yang saya tidak tau dan itu bisa menjadi kejutan. Dengan demikian Asita meyakini bahwa melalui media apa pun gagasannya akan tetap sampai karena ia merasa bahwa karya ini dibangun atas dasar kesungguhan. Ia juga melihat bahwa tim produksi memberikan dukungan yang penuh dan mau bersama-sama mencari cara agar karya ini tetap akan dapat dinikmati sesuai harapan walaupun mediumnya tidak seperti biasanya. Tentu saja kemudian Jagongan Wagen kali ini patut untuk dinantikan karena ini merupakan cara baru bagi seniman, tim produksi, maupun penonton untuk tetap dapat membuat sebuah peristiwa dalam medium di luar kebiasaan.
Jagongan Wagen edisi Maret 2020 ini dapat ditonton dengan terlebih dahulu melakukan registrasi di www.psbk.or.id mulai hari ini hingga tanggal 28 Maret 2020 pukul 17.00 WIB. Setelah itu penonton akan mendapatkan email balasan pada tanggal 28 Maret 2020 pukul 19.00 yang berisi tautan video Jagongan Wagen “Nafas Nafsu. Melalui tautan tersebut penonton akan diantarkan untuk menonton video yang telah diunggah. Kemudian yang terakhir, untuk mendukung Jagongan Wagen edisi Maret 2020 penonton bisa mengisi kuesioner dan juga memberi saweran melalui donasi digital dengan cara scan QR code yang disertakan dalam email balasan. Terus semangat dan jaga stamina, sampai jumpa.