Dalam karya tari, alm. Bagong Kussudiardja memiliki pola penciptaan yang mengedepankan proses dialektik dengan konvensi-konvensi yang ada. Beberapa orang menyebutnya sebagai pemberontak, atau bahkan “gila”, karena seperti sedang mempertanyakan dan menimbang konvensi yang sudah mapan. Namun sebenarnya pilihan itu adalah cara untuk menghidupkan dan menggerakkan tradisi. Proses tawar menawar antara masa lalu dan masa sekarang yang berlangsung secara dinamis dan terus menerus untuk menyiasati masa depan. Mempelajari dan menghargai yang sudah ada, serta menyesuaikannya dengan kondisi sekarang. Dalam karya ini, proses dialektik tersebut, salah satunya, berwujud dalam perpaduan antara gerak dan musik yang tidak seperti biasanya.
Sementara dalam karya rupa, kali ini para penggerak dan penerus PLTBK akan membaca, mengambil, meminjam dan menerapkannya dalam bentuk kostum beserta pernak-perniknya. Jika panggung adalah kanvas, maka gerak kuas dan warna adalah tubuh-tubuh para penari yang menyusun komposisi. Proses melukis di udara, sekejap dan tertinggal dalam kenangan.
Pemilihan kata linier sendiri, yang berarti terletak pada satu gari lurus, menjadi penanda bagi karya ini untuk menjadi kelanjutan bagi yang sudah ada dan proses pengolahan dengan yang ada sekarang. Tidak hanya dalam bentuk fisik saja, tetapi juga dalam bentuk rasa dan karsa.
Seperti kebudayaan yang terus bergerak dan menyesuaikan diri dengan ruang waktu tempatnya berada, agar bisa bertahan serta tidak tergerus jaman, maka perubahan adalah sebuah keniscayaan. Perubahan yang tidak berasal dari ruang kosong. Namun sebagai bagian tak terpisahkan, atau kelanjutan, dari yang sudah ada.
Seniman PLTBK yang akan tampil dalam pertunjukan Jagongan Wagen Edisi Mei 2017 adalah:
- Indiartari Kussnowari
- Paranditya Wintarni
- Ninin Tri Wahyuningsih
- Nurul Dwi Utami
- Hermawan Sinung Nugroho
- Tri Anggoro
- Pulung Rangga Jati Murti
- Anom Wibowo
Acara ini terselenggara dengan dukungan Bakti Budaya Djarum Foundation