Kanya

Ela Mutiara, penerima Hibah Seni PSBK 2019 akan mementaskan karya terbarunya pada perhelatan Jagongan Wagen edisi keempat di tahun ini. Karya yang diberi tajuk “Kanya” ini akan dipentaskan pada 29 Juni 2019 di PSBK.  Karya ini ingin mengangkat cerita anak perempuan dalam mengambil pilihan dalam hidupnya sebagai individu yang mandiri.

 Padepokan Seni Bagong Kussudiardja (PSBK) bersama Bakti Budaya Djarum Foundation meneruskan investasi panjang dalam dukungan fasilitasi ruang presentasi karya seniman muda melalui program Jagongan Wagen. Pada edisi keempat Jagongan Wagen di tahun ini, PSBK menghadirkan penerima Hibah Seni PSBK 2019 yaitu Ela Mutiara untuk mempresentasikan karya tari terbarunya yang berjudul Kanya. Fasilitasi akses studio penciptaan, kuratorial dan produksi pementasan berlangsung di kompleks art center PSBK  sejak akhir Mei 2019.

Ela Mutiara Jaya Waluya, S.Sn., lahir di Sukabumi, 1 Juli 1994. Menggeluti dunia tari semenjak usia 12 tahun dengan latar belakang tari tradisi kerakyatan Jaipong.  Pada tahun 2013 memutuskan untuk menimba ilmu di Institut Seni Indonesia Yogyakarta jurusan tari dengan minat utama penciptaan tari. Saat ini ia aktif menciptakan karya, mengelola manajemen seni pertunjukan, mengajar tari dan olah tubuh serta terlibat dalam berbagai kegiatan seni. Dalam mewujudkan karya terbarunya ini, Ela didukung oleh tiga penari lainnya yaitu Yussi Ambar Sari, Anggita Larasati, dan Dinar Kurnia Kumara Dewi serta penata musik Hery Kristian Buana Tanjung.

Karya tari Kanya (dalam bahasa Sansekerta berarti anak perempuan) berangkat dari konstruksi pandangan masyarakat dalam frasa “Perempuan tidak akan jauh dari sumur, dapur, dan kasur.” Frasa tersebut memberikan tekanan sosial terhadap kaum perempuan yang pilihan-pilihannya dibatasi secara teritorial. Melalui karyanya, Ela ingin berbagi alasan atas pilihan perempuan terhadap dirinya sebagai individu yang mandiri. Bahwa pilihan untuk menikah dan bekerja lahir atas dasar kesadaran, setara dengan pilihan untuk melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Di satu sisi, alih-alih memaknai konstruksi pandangan masyarakat terhadap kaum perempuan sebagai tekanan, karya ini turut mengajak masyarakat untuk menginterpretasikan ulang persepsi ruang ‘sumur, dapur dan kasur‘  sebagai ruang penting dan berpengaruh dalam struktur sosial.

SHARE

subscribe icon
Stay connected with PSBK.