Janggleng
Geng Katresnane Wanita Suci tumuwuh. Mangku mangasuh jejeging jalu amek dalu. Njagragi jangglenging jalwestri. Nadyan rajag rubeda ngreribedi. Datan owah, tan gingsir, manggengi wiji setaji.
Lestari
Janggleng berangkat dari gagasan mengenai keberadaan cinta dalam dunia modern yang bergerak begitu cepat dan begitu rapat. Cinta yang seringkali membutuhkan waktu, energi dan kesabaran untuk merawatnya. Seperti cinta seorang ibu, kekasih, atau yang bersifat ilahiah. Cinta yang melindungi dan menumbuhkan di tengah kehidupan yang semakin mengasingkan manusia dari dirinya sendiri. Cinta yang melihat dan mempercayai potensi, sesuatu yang masih disembunyikan oleh waktu.
Seringkali pula cinta yang mengasuh potensi dan mempercayai segala hal yang baik dalam diri manusia ini bertentangan dengan laku atau aturan kebanyakan. Ia bergerak lincah dan selalu mencari peluang untuk masuk dalam bagian paling inti dari manusia. Bagian yang paling sering terabaikan dan terlupakan. Ia percaya bahwa manusia pada dasarnya adalah baik dan mampu mengatasi kebencian. Kebencian yang adalah absennya cinta dalam hidup manusia, yang membiak dan menular dengan cepat di tengah dunia yang semakin sedikit menyisakan ruang bagi kemanusiaan.
Dengan demikian karya ini adalah harapan serta doa, agar cinta yang sabar dan percaya tersebut bisa meluas dan melingkupi dunia ini. Seperti yang sudah seharusnya. Seperti sewajarnya.
Dalam Jagongan Wagen Edisi November yang berjudul “Janggleng” ini, Paranditya Wintarni mengajak sejumlah seniman untuk mewujudkan gagasannya dalam Jagongan Wagen Edisi November 2016, yaitu:
- Anang Wahyu Nugroho (Seniman Tari)
- Hermawan Sinung Nugroho (Seniman Tari)
- Ninin Tri Wahyuningsih (Seniman Tari)
- Nurul Dwi Utami (Seniman Tari)
- Putra Jalu Pamungkas (Seniman Tari)
- Putri Isnaeni Kurniawati (Seniman Tari)
- Budi Pramono (Seniman Musik)
- Indiartari Kussnowari (Seniman Tari)
Acara ini terselenggara dengan dukungan Bakti Budaya Djarum Foundation
