Jagongan Wagen edisi Mei 2022

Dendi Madiya, peraih Hibah Seni PSBK 2021 asal Bekasi, Jawa Barat akan menampilkan sebuah karya pertunjukan berjudul Yang Mencengkeram dan Hilang di Ambang secara perdana dalam platform Jagongan Wagen. Karya ini akan mengolah arsip pandemi menjadi sebuah dramaturgi kemanusiaan.

Padepokan Seni Bagong Kussudiardja (PSBK) kembali mempersembahkan Jagongan Wagen (JW) secara luring setelah dua tahun ini presentasinya berpindah ke ruang daring. Untuk membuka Jagongan Wagen di tahun ini, akan ada sebuah karya dari Dendi Madiya yang berjudul Yang Mencekeram dan Hilang di Ambang. Karya ini telah dikembangkan dari tahun 2021 dan diajukan kepada tim kurator PSBK. Pada awalnya, karya ini dipersiapkan untuk diproduksi alih media, namun kemudian diputuskan untuk dipresentasikan secara luring mengingat situasinya sudah mulai kondusif untuk mengadakan acara publik. Di sisi yang lain karya ini juga bisa menjadi satu monumen untuk kita mengingat, refleksi, dan melihat dengan berjarak atas dua tahun pandemi yang telah kita lalui bersama.

Tentang Karya

Yang Mencengkeram dan Hilang di Ambang berangkat dari arsip pandemi yang bertebaran dalam video, foto, rekaman suara, tulisan yang beredar di media sosial, media massa, dan internet. Berlangsungnya pandemi Covid-19 di berbagai penjuru dunia telah melahirkan arsip-arsip dramatik. Arsip-arsip dramatik yang memperlihatkan pergulatan, tindakan-tindakan humanis, refleksi kontemplasi, tragedi dan ironi kemanusiaan.

Melalui karya ini Dendi Madiya mengumpulkan arsip-arsip dramatik tersebut untuk kemudian mengolahnya menjadi dramaturgi kemanusiaan. Di sini, ia juga melempar pertanyaan terkait posisi persamaan dan perbedaan dari histeria manusia menghadapi pandemi. Tetapi, bagaimanakah mengolah arsip yang pada dirinya sendiri sudah dramatis dan teatrikal? Bagaimana caranya mendinginkan arsip?


Tentang Seniman

Dendi Madiya adalah sutradara teater, penulis naskah teater dan performer. Ia banyak melakukan kerja seninya di dua kota, yaitu Jakarta dan Bekasi. Pada tahun 2013 Ia mendirikan kelompok Artery Performa di Jakarta. Karya penyutradaraan teater yang dikerjakannya dengan Artery Performa, antara lain: Abracadabra Postpartum (2016); Gunungan Bantar Gebang (2018); Underscore: Copy Paste Sae (2019); Jemuran Orang (2020). Pernah mengikuti workshop performance art, diantaranya dengan pemateri Melati Suryodarmo (2015) dan Boris Nieslony (2014).

Pernah terlibat dalam aktifisme kelompok PADJAK (Performance Art di Jakarta, 2013-2017). Pengalaman kolaborasi teater, diantaranya: Menara Ingatan (produksi Teater Garasi, 2017), Dancing Queen (produksi Bandar Teater Jakarta, 2017), A New Normal Cinderella (Asian Performing Arts Forum, Jepang, 2018); The Diary of Voyager dengan Shan Dong Ye Troupe (Taiwan, 2019). Dendi juga terlibat dalam forum Majelis Dramaturgi yang diinisiasi oleh Teater Garasi, Yogyakarta.

Dalam karyanya Yang Mencekeram dan Hilang di Ambang, Dendi mengajak sejumlah seniman untuk berkolaborasi mereka di antaranya Adek Ceeguk, Chiko Agesto, Fidelis Krus, Ali Akbar sebagai aktor. Kemudian ada Akbar Yumni sebagai dramaturg, Karakinda Krisna sebagai penata musik, Fahmi Ulhaq sebagai penata cahaya, dan Artery Perfoma sebagai penata artistik.

SHARE

subscribe icon
Stay connected with PSBK.