Bunga Trotoar: “Yang Hilang di Sepanjang Jalan” mengisyaratkan gagasan dasarnya melalui ketahanan dan ketabahan daya hidup bunga-bunga liar yang tumbuh di trotoar jalanan. Berusaha untuk mencatat narasi benda-benda dan manusia yang hidup, berdamai, dan bersitegang dengan pertumbuhan di suatu ruas jalan kota Yogyakarta.
Ada banyak hal yang bisa dicatat dari wajah Jalan Kaliurang hari ini. Baliho-baliho di sepanjang ruas jalan yang menghalangi hak warga yang berjalan dari selatan ke utara untuk melihat Merapi. Pembangunan mall, indekost eksklusif, hotel, dan apartemen semakin menjamur. Kredit motor semakin mudah dan murah. Kendaraan makin bersliweran. Orang-orang seringkali keliru dalam meramalkan waktu perjalanannya. Janji bertemu semakin sulit ditepati. Semua jadi terburu-buru.
Akan tetapi, ada pula hal-hal yang belum sempat tercatatkan dalam riwayat panjang Jalan Kaliurang; helaan nafas berat pengendara motor yang melamun menunggu lampu merah, menatap kosong baliho iklan, mimpi masa muda yang terbang dan tak pernah kembali, umpatan tukang parkir yang hampir terserempet bis kota, bising suara klakson yang beradu keras, keringat para pejalan kaki, udara yang dipenuhi asap knalpot, dan sayup suara pengamen jalanan. Narasi-narasi ini menyusun kosakata bunyi, lirik dan gambar dari lanskap kota yang ingin dicatat dan diintepretasikan kembali oleh Bunga Trotoar.
Dalam Jagongan Wagen Edisi September yang berjudul “Bunga Trotoar: Yang Hilang di Sepanjang Jalan” ini, Irfan R Darajat mengajak sejumlah seniman untuk mewujudkan gagasannya dalam Jagongan Wagen Edisi September 2016, yaitu:
- Hengga Tiyasa (Seniman Musik)
- Kurnia Yudha F (Seniman Film)
- Lintang Enrico (Seniman Musik)
Acara ini terselenggara dengan dukungan Bakti Budaya Djarum Foundation