Bagong Kussudiardja merupakan sosok penting yang berada pada lintasan perubahan zaman di awal abad ke-20. Sebuah periode ketika modernisme tengah menyebar di Barat dan mempengaruhi perkembangan kesenian di Indonesia.
Pada periode 1920-an hingga 1960-an di dunia seni tari Barat, modernisme menjadi sebuah gerakan yang mengkritisi formalisme, stagnasi pengembangan teknik, dan kekakuan gaya balet klasik. Seniman-seniman tari asal Amerika Serikat dan Eropa Barat seperti Lois Fuller (1862–1928), Isadora Duncan (1877–1927), Ruth St. Dennis (1877–1968), Mary Wigman (1886–1973), dan Hanya Holm (1893–1992), Martha Graham (1894–1991), dan Doris Humphrey (1895–1958) mulai meninggalkan aturan-aturan yang mengikat dalam balet dan melakukan eksperimentasi dalam berbagai aspek.
Pada periode tersebut, Bagong Kussudiardja bersama Seti-Arti Kailola dan Wisnoe Wardhana mendapatkan beasiswa Rockefeller Foundation dari Kedutaan Besar Amerika Serikat. Selama delapan minggu, Bagong Kussudiardja belajar menari di beberapa tempat di Amerika Serikat, termasuk di Connecticut College School of The Dance dan dua minggu di sekolah musim panas Studio Martha Graham. Sepulang dari Amerika Serikat, Bagong Kussudiardja mendirikan Pusat Latihan Tari (PLT) Bagong Kussudiardja pada 5 Maret 1958 lalu menciptakan Tari Burung dalam Sangkar (1958) dan Derita (1958).
Bagong Kussudiardja pun terus melakukan pembaharuan dalam karya tari ciptaannya mulai dari bentuk, gerak, teknik, gagasan, hingga semangat penciptaan dan berusaha lepas dari pola-pola tari tradisional yang mengikat. Ia, bersama Seti-Arti Kailola dan Wisnoe Wardhana kemudian disebut oleh kritikus tari Sal Murgiyanto sebagai pelopor tari modern Indonesia.
Sumber:
Mencari Tari Modern Kontemporer Indonesia. Helly Minarti. https://www.academia.edu/5998275/Mencari_Tari_Modern_Kontemporer_Indonesia
Perkembangan Koreografi di Indonesia: Suatu Kajian Karya Tari Kontemporer di Pusat Kesenian Jakarta-Taman Ismail Marzuki 1968-1987. (Disertasi FIB Prodi Ilmu Sejarah UII). R.AJ.Siti Nurchaerani Kusumastuti.
