Bagong Kussudiardja belajar melukis secara formal di Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) yang sekarang menjadi Institut Kesenian Indonesia (ISI) Yogyakarta. Ia tercatat sebagai mahasiswa angkatan pertama (tahun 1950) bersama Abdul Kadir, Hendrodjasmoro, G. Sidharta, Saptoto, Ruliyati, dll.
Di ASRI, ia dididik oleh seniman senior seperti Indro Sugondo, Sindusisworo, Prawito, Suwarjono, Hendra Gunawan, Kusnadi, RJ Katamsi, dan Djajeng Asmoro. Nama terakhir adalah sosok yang berpengaruh bagi Bagong Kussudiardja di seni rupa. Jauh sebelum belajar secara formal, Bagong Kussudiardja bergabung di Pusat Tenaga Lukis Indonesia (PTPI) di bawah arahan Djajeng Asmoro. Ia seringkali sowan, bercakap-cakap, dan berguru berbagai hal di kediaman Djajeng Asmoro yang sudah menjadi semacam sanggar karena banyaknya pelukis yang ditampung. Djajeng Asmoro juga mengupayakan agar Bagong Kussudiardja dapat berkuliah di ASRI, bahkan membiayai kuliahnya hingga rampung.
Gairah melukis yang menggebu tersebut lantas membuatnya bergabung dengan Sanggar Pelukis Rakyat yang didirikan oleh Hendra Gunawan dan Affandi di Yogyakarta pada 1947.
Sumber:
“Menyelamatkan Kawan-Kawan”. Majalah Tempo, 12 Oktober 2018.
Bagong Kussudiardja, Sebuah Autobiografi. Padepokan Press, 1993.